Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi ...

Berwisata di Forest Walk Babakan Siliwangi




Jenuh dengan hiruk pikuk kota dan rutinitas sehari-hari? Kayaknya asyik yaa mengistirahatkan diri sejenak dengan menikmati hijaunya pemandangan alam dan udara yang segar. Tapi sayangnya nggak semua orang punya banyak waktu untuk itu.
Tapi sekarang bukan masalah lagi, khususnya untuk warga Bandung, karena sekarang udah ada wisata alam di tengah-tengah kota. Namanya Forest Walk, yang baru banget di resmikan tanggal 17 Januari 2018 kemarin.
Tempat ini merupakan hutan kota yang dibuat dengan konsep menarik. Setiap pengunjung bisa berkeliling hutan melewati jembatan kayu yang membentang di sepanjang hutan. Nggak perlu takut nyasar meski kita telah berkelilingi hutan karena jembatan tersebut dibuat satu jalur menghubungkan jalan masuk dan keluar, kita cukup mengikuti alurnya saja.




Tempat ini mudah sekali dijangkau. Terletak di daerah Babakan Siliwangi, dekat Sabuga ITB. Cocok dijadikan alternatif liburan di akhir pekan. Apalagi untuk yang nggak sempet berwisata ke tempat yang jauh karena waktu libur yang mepet. Mau dateng pas tanggal tua juga nggak masalah. Untuk masuk ke sini kita nggak akan dipungut biaya sepeserpun alias gratis. (Paling cuma bayar parkir doang)
Minggu kemarin akhirnya aku kesampaian juga datang ke sini, nyobain jalan-jalan di jembatan kayu yang selama ini cuma bisa kulihat wara wiri di timeline instagram. Meskipun kelihatan kecil tapi ternyata cukup capek juga berkeliling hutan. Sayangnya waktu aku ke sini pengunjung sedang ramai-ramainya. Maklum weekend. Plus aku datengnya siang jadi udaranya udah nggak begitu seger. (Posisinya persis di samping jalan raya jadi walaupun banyak pohon tetep aja gk sepenuhnya bebas dari polusi)
Aku saranin bagi temen-temen yang ingin ke sini lebih baik pagi-pagi aja yaa. Dan pliisss banget jangan merokok di tempat ini. Kasihan orang-orang yang sengaja dateng untuk menikmati udara segar jadi keganggu karenanya.


Berkunjung ke tempat ini bikin aku ngrasa bersyukur bisa menghabiskan masa kecil di kampung. Dulu nggak pernah mikir, setiap hari bisa menghirup udara yang sejuk dan segar. Pengen lihat pemandangan hijau tinggal buka jendela atau jalan-jalan ke bukit di belakang rumah. Menemukan hutan di tengah kota seperti ini rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun pasir (cheee.. kayak pernah ke gurun aja) Yaa, meskipun udaranya masih kalah seger dibanding udara di kampung halaman. Aku tetep salut sama pemkot Bandung yang udah menghadirkan tempat wisata murah meriah ini untuk masyarakat.


Satu hal aja yang kurang. Beberapa kali aku menemukan lubang lubang kecil di lantai kayunya. Bagi orang dewasa mungkin hal itu nggak masalah. Tapi di sini banyak sekali anak kecil lari-larian. Ngeri aja kalo kakinya sampe 'njeblos' ke situ. Mudah-mudahan pihak yang berwenang bisa segera memperbaikinya.

Komentar

  1. Wah udah jadi ya, waktu hamil 7 bulan jalan kesana hehe iya banyak orang ga bertanggung jawab apalagi di jembatan belakang halte

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmmmhh..padahal udah dikasih fasilitas sekeren ini, tinggal gimana warganya harus pinter-pinter ngejaga

      Hapus
  2. Pastinya dong., cuusss kl gitu 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Me Time Mewah Bersama Vitalis Perfumed Moisturizing Body Wash

Menjadi ibu ternyata nggak seindah apa yang ditampilkan di feeds Instagram. Saking repotnya ngurus anak, diri sendiri jadi nggak keurus. Penampilan awut-awutan , rumah berantakan, banyak kerjaan yang keteteran. Ya apalah aku ini tanpa dayang-dayang.  Imbasnya, semenjak punya anak aku jadi lebih sering uring-uringan. Suami dan anak yang jadi korbannya. Aku sadar sih, selain karena capek, juga karena kurang me time . Pernah sih waktu itu nyobain pergi sendiri untuk me time . Bukannya happy , yang ada malah jadi mellow pengen cepet-cepet pulang ketemu anak.

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi ...

Perjalanan Seorang Ibu Baru Berdamai dengan Diri Sendiri

Butuh waktu 3 tahun sampai aku bener-bener bisa menerima peran baruku sebagai ibu. Sebelumnya, aku cukup struggle dengan segala perubahan yang terjadi. Duniaku melambat. Aku yang selama ini ambisius tiba-tiba harus kehilangan apa yang selama ini kukejar. Karier, kebebasan, penghasilan dan juga mimpi-mimpiku. Aku ngerasa useless , nggak berharga, nggak berdaya sehingga aku marah ke diri sendiri. Aku juga ngerasa bersalah karena nggak mampu membahagiakan orang-orang yang kucintai. Kondisiku ini, kalau dilihat dari skala kesadaran manusia, berada pada level terendah, lebih rendah dibandingkan perasaan sedih, di mana orang-orang bisa sampai terpikir bunuh diri, itu karena dia udah ada pada level kesadaran tersebut. Untungnya, aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal-hal yang membahayakan. Meski begitu, aku selalu dilanda kecemasan hampir setiap saat. Desember 2021, bulan di mana anakku tepat berusia 3 tahun. Aku merasa bahwa yang terjadi denganku sudah sangat mengganggu. Sempet coba...