Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Tetap Produktif Setelah Punya Bayi


Ibu rumah tangga tuh kerjanya ngapain aja sih? Jawabannya banyaaaakkk. Sibuk dan capeknya nggak kalah dibanding ibu yang kerja kantoran. Apalagi kalau udah punya baby yang diurus sendiri tanpa pengasuh. Rasanya 24 jam aja nggak cukup untuk melakukan semuanya.

Seperti yang udah sempat kusinggung di tulisan sebelumnya https://www.pinkylova.com/2019/03/drama-baby-blues.html?m=1 Banyak banget hal yang berubah setelah punya anak. Salah satu yang paling kerasa adalah berkurangnya waktu untuk berkarya. Itu yang sempet bikin aku stres sampai-sampai kena baby blues.

Sebagai pekerja seni, kepalaku sulit banget diajak istirahat. Selalu ada banyak ide yang berebut minta dituangkan. Bahkan kadang sampe nggak bisa tidur cuma gara-gara hal tersebut. Bayangin gimana rasanya jika ada banyak ide dan semuanya numpuk di kepala? Itulah yang membuatku memutuskan untuk tetap berkarya meski sibuk ngurus baby.

Setelah rehat sebulan pasca melahirkan, aku kembali menjalani rutinitasku untuk menulis. Kebetulan aku sedang menyelesaikan sebuah novel autobiografi. Targetnya sih bisa beres sebelum lahiran tapi ternyata molor hingga dua bulan setelahnya.

Dalam mengerjakan novel ini tantangannya lumayan berat. Kata orang, setelah melahirkan akan ada yang namanya trimester 4. Dan aku bener-bener ngrasain. Waktu itu baby Tayo masih 1 bulanan. Mungkin dia masih ngrasa ada di dalam perut kali ya, jadi maunya nempel terus kayak koala. Bahkan nggak jarang saat tidur pun dia akan langsung sadar dan nangis kalau ditaruh di kasur. Jadi mau nggak mau aku tetap beraktivitas sambil menggendong Tayo ke mana-mana. Begitu pun saat menulis. Tangan kiri untuk menggendong, tangan kanan untuk ngetik tulisan 😅. Untungnya sih cuma tinggal revisi akhir dan editing. Tepat di hari ulang tahunku akhirnya aku berhasil menyelesaikan tulisanku. Jadi semacam kado buat diri sendiri gitu. Hihii..

Menginjak usia 3 sampai hampir 5 bulan ini si Tayo udah lebih mandiri. Dia udah mau main-main sendiri di kasurnya. Tapi sekarang waktu tidurnya jadi lebih berkurang, dan lebih aktif. Kalau dulu kerja nunggu mood, sekarang waktu tidur baby adalah waktu yang sangat  berharga dan nggak boleh disia-siakan.

Setelah proyek novelku selesai, aku beralih fokus ke bisnis ilustrasi custom yang baru kulaunching akhir tahun ini. Sebagai permulaan, aku membuat portofolio agar nantinya layak dipromosikan. Aku sangat menikmati prosesnya. Aku senang karena dapat menyalurkan hobi menggambarku. Yang agak pusing ketika order mulai berdatangan. Setiap orderan tentunya memerlukan deadline yang pasti, sementara jam kerjaku tidak dapat diprediksi. Bisa jadi aku udah nyalain laptop dari pagi, tapi sore baru bisa kerja karena Tayo nggak mau tidur juga. Atau sering juga, baru 10 menit ngerjain si Tayo udah nangis. Harus nenangin dulu dan ngajak main. Sejam kemudian baru bisa ngerjain lagi. Begitu seterusnya. Bener-bener dituntut untuk ekstra sabar. 😂

Kalau deadline udah semakin mepet, aku terpaksa harus menyediakan bouncher dan stroler di samping meja kerjaku supaya  baby Tayo betah main sendiri. Itu lumayan bikin dia anteng sih. Yaaa... meski cuma beberapa saat.

Masalah deadline ini aku menyiasati dengan meminta kelonganggaran waktu pada costumer. Jika normalnya aku bisa mengerjakan ilustrasi dalam waktu tiga hari misalnya, aku akan meminta waktu seminggu.

Pernah aku terpaksa menolak pekerjaan karena deadline yang mepet, kebetulan Tayo lagi sakit juga sehingga nggak mungkin aku bisa fokus ngerjain. Sedih sih, tapi yang namanya rejeki nggak kemana. Nggak lama setelah itu aku mendapat orderan lagi. Alhamdulillah, aku bisa menyelesaikannya tepat waktu.

Selain menggambar, aku juga hobi nulis blog. Karena sifatnya masih sekedar hobi, jadi aku nggak terlalu ngoyo. Nulisnya kalau ada waktu luang aja. Di malam hari misalnya, saat aku dilanda insomnia. Sejak dulu aku memang sering bermasalah dengan insomnia. Nggak tau deh sekarang, ini menjadi masalah atau justru sebuah berkah. Karena dengan begitu aku jadi bisa menulis. Kadang aku juga memanfaatkan waktu menjelang pagi. Setelah bangun untuk menyusui, lagi-lagi aku susah untuk langsung tidur lagi. Jadi aku mengisinya dengan menulis. Waktu-waktu seperti ini pikiran sedang jernih-jernihnya. Ditambah tidak ada distraksi dari mana pun sehingga aku bisa lebih lancar dalam menulis.

O iya, setelah punya anak ada sedikit penyesuaian. Dari yang tadinya terbiasa ngetik di laptop, aku mulai membiasakan diri ngetik di handphone agar lebih fleksibel. Jadi begitu ada kesempatan langsung deh nulis.

Dulu aku ngerasa nggak bisa fokus dalam banyak hal, tapi sekarang aku jadi sadar bahwa wanita itu adalah mahluk multitasking. Meski begitu aku tahu bahwa nggak semua hal bisa kukerjakan sekaligus. Kalau diturutin sebenarnya masih banyak hal yang pengen kuwujudkan. Tapi sekarang aku harus memilah, mana yang bisa kukerjakan sambil ngurus bayi dan mana yang harus kutunda dulu sampai anak besar nanti. Aku juga harus bisa mengatur prioritas. Sebagai ibu rumah tangga tentunya aku harus mendahulukan pekerjaan rumah, mengurus suami dan anak. Baru setelah itu aku mulai mengerjakan orderan menggambar. Jika masih ada sisa waktu atau sedang bosan menggambar, aku menulis blog.

Walaupun capek tapi aku berusaha untuk nggak banyak ngeluh karena aku sadar ini adalah pilihanku sendiri. Aku lebih nggak sabar kalau harus nunggu anak gede dulu baru berkarya. Sejauh ini aku berusaha nggak terlalu ngoyo karena bisa-bisa bukannya meredakan stres malah justru jadi pemicu stres. Tujuanku saat ini adalah melakukan hal yang kusukai. Kalau "menghasilkan" ya itu bonus.


Aku nggak menampik bahwa aku juga ingin memiliki penghasilan sendiri di luar gaji suami. Tapi aku nggak mau terlalu ambisius. Takutnya justru tugas utamaku sebagai seorang istri dan ibu malah keteteran. Aku percaya bahwa rejeki itu nggak seperti ilmu matematika, di mana satu ditambah satu sama dengan dua. Mau ibu rumah tangga atau wanita karir, ketika seorang wanita ikhlas menjalani kodratnya, di situlah sebenarnya letak pintu rejeki yang akan dibukakan oleh Allah untuk kita.

Komentar

  1. I feel u kak, setelah anak mau 2th aku bisa melukis lagi yeay! Selama menunggu aku cuma mobile blogging n hand lettering. Mungkin klo ibu2 yg ga punya passion, anak tidur akan ikut tidur tapi kalo aku sayang bangets sih, gada yg bantu juga jadi stress realese nya ya ngeblog saat anak tidur. Hebat banget bisa terima order menggambar, gudlak ya kalo aku udah gamau terima order request kek gt hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya itu dh keinginan dari lama kak. Aq cuma mikir kl gk sekarang dimulainya trus kapan lagi. Takutnya nanti lebih banyak hal lain yg harus diprioritaskan. Bismillah deh, pelan2 dulu

      Hapus
  2. bener mba, walopun jd IRT, tp sebisa mungkin ttp bisa produktif yaaa. menurutku bisa mengerjakan suatu hobi apalagi bisa menghasilkan, itu salah satu me time yg bikin para IRT bisa rileks sejenak. ga melulu hanya repot dengan anak dan urusan rumah tangga. biar gimanapun, kita ini juga punya hak merasakan metime sejenak yeee kaaaan ;).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa.. untungnya me time nggak harus selalu buang duit, jalan ke mall atau ke salon. Mengerjakan hobi yg bisa menghasilkan di rumah juga termasuk me time yang menyenangkan

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Me Time Mewah Bersama Vitalis Perfumed Moisturizing Body Wash

Menjadi ibu ternyata nggak seindah apa yang ditampilkan di feeds Instagram. Saking repotnya ngurus anak, diri sendiri jadi nggak keurus. Penampilan awut-awutan , rumah berantakan, banyak kerjaan yang keteteran. Ya apalah aku ini tanpa dayang-dayang.  Imbasnya, semenjak punya anak aku jadi lebih sering uring-uringan. Suami dan anak yang jadi korbannya. Aku sadar sih, selain karena capek, juga karena kurang me time . Pernah sih waktu itu nyobain pergi sendiri untuk me time . Bukannya happy , yang ada malah jadi mellow pengen cepet-cepet pulang ketemu anak.

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.

Pelangi Jingga

Ini adalah karya novel pertama saya, yang saya tulis selama 3 tahun lebih (sempat vacum karena kesibukan di kampus) dan akhirnya dapat terbit tahun pada tahun 2010. Awalnya saya menulis dengan Ilustrasi covernya saya buat sendiri.  Dan... berikut ini sinopsisnya: Jingga adalah seorang gadis manis berumur 17 tahun yang lucu, baik hati, dan periang. Ia punya begitu banyak teman yang menyayanginya. Di sekolah ia punya segudang prestasi dan selalu menjadi kebanggaan guru- guru dan orangtuanya. Mulai dari juara kelas, debat ini itu, sampai prestasi non akademis seperti modeling dan melukis. Diantara bakatnya yang lain melukis memang yang paling menonjol. Hidupnya nyaris sempurna, kelihatannya amat bahagia namun sebenarnya di hatinya menyimpan sebuah kesedihan yang amat mendalam. Vincent, ia adalah sahabat karib di masa kecil Jingga, cinta pertamanya. Jingga dan Vincent harus terpisah karena Vincent harus pindah ke luar negeri. Sejak itulah Jingga selalu terobsesi untuk bertemu Vin