Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ). Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢 Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu. Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi ...
Telah kutemukan
selendangku
di lumbung padi yang lama
kehilangan
bau periuk dan alu
Oh, aku lupa bagaimana
cara terbang
Metropolitan mengajariku
menghitung ketukan high
hills
sehingga jelas
kapan waktu mengangkat
pinggul
kapan boleh menoreh
senyum
Majalah trend mendikte
warna baju
hingga lipstik yang harus kupakai
Sampai tak kukenal lagi diri
karna
topeng di wajahku kian paten
Aku
memuja dewi kecantikan
yang
bersemayam dalam cermin
Kurapal mantra-mantra
pengundang decak kagum
agar lelaki
bertekuk lutut
dan nestapa tak lagi menguntit di antara lilit
perut
Jaka
Tarub telah durjana
mengungkap
rahasia para dewa
Kini ia
rasakan sendiri
bagaimana
melerai nasib
menggantung
hidup pada cerobong asap pabrik,
yang menjadikan
kepala
serupa
mesin-mesin penggerus nurani
Di
persimpangan kami mantapkan langkah
demi
menukar uang dengan angan
Meski tetap terlampau
miskin
bagi kami membeli harga
diri
Kepada anakku
yang selalu rindu bahasa
ibu
Kutitipkan degup jantung
pada moleknya pendar
rembulan di layar kaca
Beradu hiruk pikuk peristiwa
dan dentum lagu pop merajam
tanpa jeda
Dengan gemerlap lampu-lampu
manusia amat lihai menyulap
setiap malam menjadi purnama
Kami senantiasa berpesta
atas kemenangan kami memenggal sepi
Berenang dalam genangan
berahi
di bekas telaga
yang kini ditumbuhi
beton-beton raksasa
Sungguh,
aku tak mau pulang
sebab di sinilah nirwana
( Mei 2010)
Komentar
Posting Komentar