Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ). Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢 Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu. Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi ...
Hi! Beberapa waktu lalu aku udah cerita tentang wisata
pantai di Bali. Sesuai janji, kali ini aku akan lanjutkan dengan cerita
beberapa tempat wisata lain non pantai di Bali yang tidak kalah indah.
1. Museum Bali
Ini adalah museum pertama yang kami kunjungi di Bali. Kebetulan suami punya ketertarikan lebih terhadap museum dan hal-hal yang berbau sejarah. Dulu juga waktu pacaran, kami sering mengunjungi berbagai musium, baik di Jogja maupun Bandung (Bagi kami ngedate di mall sudah terlalu mainstream. Hehe..) Makanya waktu tahu ada musium Bali, kami langsung memasukannya ke dalam list tempat yang wajib dikunjungi.
Dari luar sekilas bangunan musium ini seperti komplek pura. Begitu masuk ke dalam, kita akan disuguhkan deretan etalase kaca berisi artefak-artefak bersejarah. Secara keseluruhan museum ini menceritakan tentang sejarah awal masyarakat Bali dan perkembangan budayanya.
Saat kami kesana kebetulan lagi ada prewedding pasangan yang berpakaian khas Bali. Nggak mau menyia-nyiakan kesempatan, kamipun minta foto bareng sebagai kenang-kenangan.
2. Museum Antonio Blanco
Museum yang memiliki nama resmi Museum The Blanco Renassance ini terletak di daerah Ubud. Tempatnya sejuk dan asri. Banyak pepohonan dan bunga di halaman museum. Sayang, kami hanya diperbolehkan mengambil foto di bagian luar saja. Tapi tenang, aku akan cerita apa yang kulihat di dalam galeri.
Kesan mewah terasa begitu kami memasuki bangunan
galeri. Nuansa interior eropa lama sangat kental. Ada banyak banget lukisan yang dipajang dalam galeri
ini. Sebagian besar berupa objek wanita. O ya, yang menarik adalah, yang
menjadi model lukisan beliau adalah istrinya sendiri. Seorang penari Bali bernama Ni Ronji.
Tak hanya lukisannya, framenya pun digarap dengan sungguh-sungguh. Setiap lukisan memiliki frame yang berbeda, menyesuaikan tema lukisan. Beberapa bahkan ada hiasan kolasenya. Unik. Ternyata Pak Antonio sendiri lah yang membuat frame itu. Pantas, frame dan lukisan seperti satu paket yang saling terkait.
Di samping pintu keluar galeri utama, ada sebuah bangunan lagi. Oleh pemandu yang berjaga di tempat itu, kami dipersilakan masuk. Rupanya itu adalah studio tempat pak Antonio melahirkan karya-karyanya. Seperti layaknya rumah seniman, bangunan kecil itu penuh dengan lukisan, peralatan lukis dan juga foto-foto keluarga Pak Antonio.
Yang paling menarik perhatian adalah kanvas yang ada di tengah-tengah ruangan. Tepat di bawah kanvas itu lantainya sengaja dibuat berlubang. Menurut cerita, ternyata Pak Antonio menderita sakit yang membuatnya tidak bisa berlama-lama duduk dengan melipat atau menyilangkan kaki. Jadi ketika melukis, kedua kakinya masuk ke dalam lubang lantai. Mendengar penjelasan itu, sekilas terlintas rasa malu di hati. Pak Antonio dengan sakitnya masih tetap semangat berkarya, sedangkan aku yang diberi kesehatan sempurna kadang masih menunda-nunda untuk berkarya.
Tak hanya lukisannya, framenya pun digarap dengan sungguh-sungguh. Setiap lukisan memiliki frame yang berbeda, menyesuaikan tema lukisan. Beberapa bahkan ada hiasan kolasenya. Unik. Ternyata Pak Antonio sendiri lah yang membuat frame itu. Pantas, frame dan lukisan seperti satu paket yang saling terkait.
Di samping pintu keluar galeri utama, ada sebuah bangunan lagi. Oleh pemandu yang berjaga di tempat itu, kami dipersilakan masuk. Rupanya itu adalah studio tempat pak Antonio melahirkan karya-karyanya. Seperti layaknya rumah seniman, bangunan kecil itu penuh dengan lukisan, peralatan lukis dan juga foto-foto keluarga Pak Antonio.
Yang paling menarik perhatian adalah kanvas yang ada di tengah-tengah ruangan. Tepat di bawah kanvas itu lantainya sengaja dibuat berlubang. Menurut cerita, ternyata Pak Antonio menderita sakit yang membuatnya tidak bisa berlama-lama duduk dengan melipat atau menyilangkan kaki. Jadi ketika melukis, kedua kakinya masuk ke dalam lubang lantai. Mendengar penjelasan itu, sekilas terlintas rasa malu di hati. Pak Antonio dengan sakitnya masih tetap semangat berkarya, sedangkan aku yang diberi kesehatan sempurna kadang masih menunda-nunda untuk berkarya.
O iya, di depan studio, ada spot dimana kita bisa berfoto dengan burung kakak tua, loh. Ada juga restoran dengan konsep outdoor. Dari sini kita bisa melihat view pemandangan yang bagus. O ya, di restoran ini kita bisa menukar tiket dengan minuman gratis. Lumayan kan yaa..
3.
Pura Taman Ayun
Pura ini merupakan peninggalan kerajaan Mengwi, yang sekarang dijadikan tempat wisata. Sayang, pengunjung tidak bisa masuk ke
pura utamanya. Namun kita masih bisa berkeliling di taman sekitar pura. Kita
bisa melihat bangunan khas Bali dan tanaman yang asri.
4. Danau Ulun Danu Beratan
Ini nih salah satu tempat paling iconic di
Bali. Seperti namanya, danau Ulun Danu menawarkan pemandangan danau yang sangat indah.
Kita bisa menaiki perahu kecil mengelilingi danau. Kalaupun tidak, kita bisa
berjalan-jalan di taman sekitar danau, atau berfoto di depan pura, yang
menjadi spot sejuta umat. Danau Ulun Danu ini terletak di dataran tinggi sehingga meski siang hari udaranya tetap dingin.
Perjalanan dari hotel kami di Kuta menuju tempat ini cukup jauh. Malah sempat ada drama motor hampir ngadat di jalanan nanjak. Meski begitu, kami tetep gembira. Ada banyak pemandangan indah yang kami temui sepanjang perjalanan. Salah satunya melihat anak-anak pulang sekolah ini. Mereka mengenakan pakaian adat Bali.
Pulang dari Ulun Danu kami sempat mampir ke sebuah resto. Namanya Waroeng Billy's D'desa . Konsepnya seperti resto pedesaan, dengan saung-saung kecil gitu. Cocoklah untuk istirahat setelah perjalanan jauh. Di sini kami mencoba menu khas Bali yaitu ayam betutu. Ada plecing kangkung dan sambal matahnya juga. Rasanya enak banget. Pelayanannya juga ramah. Recomended bangetlah pokoknya!
5.
Sawah Tegalalang
Ubud menawarkan pemandangan alam yang indah berupa
sawah dan pegunungan. Salah satu yang terkenal sebagai objek wisata disana adalah
sawah Tegalalang. Di sini kami dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah terasering yang hijau nan
segar. Bagi kami terbiasa dengan kesemrawutan kota, melihat pemandangan hijau seperti ini rasanya cukup untuk merecharge energi kembali.
6.
Pasar Sukawati
Sebelum kembali ke Bandung,
kami berkunjung ke pasar Sukawati untuk membeli oleh-oleh. Semuanya lengkap di sini. Mulai dari baju, cinderamata, hiasan
rumah, makanan khas Bali, bahkan lukisan. Harganya juga cukup terjangkau, asal kita pandai menawar saja. Namun sejujurnya, aku tidak terlalu nyaman
dengan para penjual disini yang menerapkan hard sale marketing. Aku jadi tidak leluasa memilih.
7. Monumen Legian
Ini merupakan monumen untuk mengenang peristiwa bom Bali yang terjadi tahun 2002. Terletak di pusat kota Legian. Selain monumen, di sepanjang jalan Legian ini terdapat deretan bar, cafe dan toko oleh-oleh. Bisa dibilang, Legian ini memang pusatnya para turis. Pada malam hari jalanan Legian akan ramai dipenuhi turis yang nongkrong di bar atau sekedar cuci mata.
Wahhh jadi pengen ke daerah Ubud😍
BalasHapus