Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Catatan Kehamilan

Happy new year! Senengnya bisa menyapa pembaca blogku lagi. Ini menjadi tulisan pertamaku di tahun 2019 sekaligus yang pertama juga setelah 6 bulan vacum karena cuti hamil (halah, sok-sokan cuti segala). Dan akhirnya di penghujung 2018 kemarin aku dapat kado luar biasa dari tuhan berupa lahirnya si buah hati. Berbagai suka duka kualami selama masa kehamilan, lahiran hingga pasca melahirkan. Bahkan aku baru aja lepas dari masa-masa baby blues. Makanya, aku baru bisa share pengalaman sekarang, setelah semuanya kondusif.



Aku akan mulai cerita tentang masa kehamilanku. Masa kehamilan kulewati dengan sangat menyenangkan. Alhamdulillah, aku nggak ngalami keluhan yang umumnya dirasakan ibu hamil seperti pusing dan mual. Konon banyak juga bumil yang berubah jadi sangat sensitif, hal itu pun nggak kurasain (justru sebelum hamil aku malah lebih sensitif. Haha) Bahkan di awal kehamilan nggak ada tanda-tanda yang kurasakan, kecuali mules seperti mau haid. Tapi anehnya haid nggak kunjung datang juga. Dari situlah aku mulai curiga dan memutuskan untuk test kehamilan menggunakan testpack. Ternyata hasilnya positif. Begitu ngasih tahu suami dia langsung happy dan udah bingung aja pengen nyari nama dan perlengkapan bayi (lebay sih emang). Beda banget sama aku yang justru nggak percaya meski udah 2 kali test menggunakan merk testpack yang berbeda. Pokoknya belum akan percaya kalo belum chek langsung ke dokter. Mulailah aku browsing-browsing untuk cari dokter kandungan. Agak bingung juga sih. Sebagai pendatang di kota bandung, aku sama sekali nggak tau rekomendasi dokter kehamilan yang bagus. Untung ada internet yang bisa diandalkan. Dan pilihanku pun jatuh pada klinik al islam di awi bitung, cicadas yang letaknya yang cukup dekat dengan kosku. Oleh dokternya aku dinyatakan positif hamil. Kondisi janinnya sehat dan normal. Lebih happy lagi ternyata usia kandunganku udah 2 bulan!


Trimester pertama dan kedua aku hampir nggak ngalami perubahan yang berarti (selain lebih dimanja sama suami tentu aja). Selebihnya, aku juga tetep ngerjain kerjaan rumah tangga seperti biasa. Kalau bosen aku pergi jalan-jalan sendiri, nonton atau sekedar nongkrong di mall. Pokoknya aku nggak terlalu membatasi diri. Ada satu nasehat anti mainstream dari bulekku yang terus kupegang. Dia nggak nyuruh untuk memperbanyak istirahat seperti yang disarankan kebanyakan orang. Dia justru memintaku untuk jangan manja. Apalagi mengatasnamakan kehamilan untuk bermalas-malasan. Katanya, untuk melatih anak sejak dalam kandungan. Aku juga pernah dengar sih nasehat yang hampir serupa di sebuah ceramah pengajian. Bagaimana dulu di jaman nabi ada kisah tentang asma binti abu bakar yang sedang hamil. Ia rela mendaki bukit dan menempuh perjalanan jauh demi mengantarkan makanan untuk rasulullah dan abu bakar yang sedang bersembunyi di gua tsur. Pantas orang-orang yang lahir di jaman dulu begitu tahan banting, nggak hanya secara fisik tapi juga mental. Tentu aja tiap bumil punya kondisi yang berbeda-beda. Ada bumil yang memang diharuskan bed rest karena ada masalah dengan kandungannya. Tapi selama ibu dan janin sehat sebaiknya memang tetap beraktivitas. Tidak perlu khawatir akan membahayakan janin. Setiap bumil memiliki naluri untuk mengetahui batasan masing-masing dan bisa merasakan kapan dia harus berhenti.

Di trimester ketiga beberapa keluhan mulai kurasakan. Seperti insomnia, sakit pinggang dan gerak yang terbatas karena dedek di perut udah semakin gede. Untungnya itu nggak terlalu parah. Aku malah semakin semangat untuk olah raga (walaupun nggak rutin-rutin amat. Mulai dari yoga (belajar sendiri dari youtube), jalan kaki hingga renang. Itu semua ngebantu banget bikin tubuh tetap bugar sekaligus rilex menghadapi persalinan yang semakin dekat. Aku juga sempet ngikuti kelas hypnobirthing. Sayangnya dari 3x pertemuan cuma bisa ikut 1x karena dedek udah keburu brojol. Sejak awal aku udah tertarik banget dengan konsep hypnobirthing ini. Selama ini secara tidak sadar kita udah teracuni dengan cerita orang-orang bahwa melahirkan itu sakit, penuh drama, dan lain-lain. Sampai ada yang memilih caecar karena takut menjalani persalinan normal. Padahal sebenarnya setiap wanita itu didesain untuk bisa melahirkan secara normal. Lagipula pengalaman setiap wanita itu berbeda-beda. Belum tentu yang mereka rasakan akan kita rasakan juga. Intinya kita diajak untuk merubah mindset, sekaligus menanamkan sugesti positif agar dapat melahirkan dengan normal, tenang dan minim rasa sakit.

Lebih jauh lagi aku juga mencari tahu tentang gentle birth. Ada sebuah talk show menarik yang kutemukan di youtube. Pembicaranya dewi lestari dan suaminya yang seorang terapis (pakar penyembuhan holistik). Disebutkan bahwa sebenarnya melahirkan bukanlah sebuah peristiwa medis, yang tanpa bantuan dokterpun bisa dilakukan. Di situ dewi lestari juga berbagi pengalamannya melahirkan secara gentle birth di rumahnya sendiri tanpa bantuan medis. Hanya ada seorang bidan, itupun baru datang beberapa saat setelah proses lahiran selesai. Metode ini memungkinkannya untuk melahirkan secara alami, tenang, lembut, tanpa banyak intervensi medis sehingga meminimalisir trauma persalinan. Efek terhadap bayinya pun sangat terasa. Dibanding anak pertamanya yang lahir secara caesar, anak keduanya ini lebih jarang sakit dan rewel.


Hmmm, ini kalau dijelaskan lebih lanjut bisa panjang kali lebar. Yang jelas aku jatuh hati banget dengan metode gentle birth ini dan langsung memasukannya dalam daftar birth planku. Kira-kira berhasil nggak ya aku lahiran dengan metode gentle birth? Sabar dulu yaa. Insyaallah, aku akan sambung di postingan berikutnya. Jadi, keep stay tune!

Komentar

  1. salam kenal mbak, btw selamat buat kelahiran putra nya ya semoga ibu dan bayi selalu diberi kesehatan ;D, momen baby blues memang luar biasa menakjubkan apalagi di anak pertama sampe sekarang kadang masih ngrasain sedikit-sedikit, tapi alhamdulillah setelah ada pelarian nulis di blog kondisi saya jadi lbh baik, ditunggu share cerita selanjut nya ya mbak ;D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaap! Bener banget. Sy jg terbantu dengan menulis blog. Selain itu dukungan dari suami dan teman2 sesama new moms jg berperan penting

      Hapus
  2. Hi mbak ^^ salam kenal dari Niklosebelas yaa...
    Semoga mbak dan keluarga sehat dan bahagia selalu. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Kota Mini Lembang, Destinasi Wisata Instagramable yang Nggak Sekedar buat Foto-Foto Cantik

Tempat wisata di Lembang emang nggak pernah ada habisnya. Belum tuntas mengunjungi satu tempat wisata, udah bermunculan lagi tempat wisata lain yang tentunya menambah daftar panjang keinginan untuk main ke Lembang. 

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.