Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Mengenang Pak Christoporus AD


          Kemarin sore saya mendapat kabar mengejutkan dari seorang kawan yang mengatakan bahwa salah satu dosen kami di Politeknik Seni Yogyakarta telah meninggal dunia. Beliau adalah Pak Christoporus AD, dosen yang mengajar mata kuliah Video Shotting dan Editing semester 4 dan 5 lalu, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing saya pada saat tugas akhir. Beliau menjadi salah satu dosen favorit saya di kelas. Kami mengenalnya sebagai dosen yang murah senyum dan murah hati, apalagi dalam  memberikan nilai. Saya jadi ingat tugas membuat video klip semester 4 lalu. Pekerjaan kelompok saya boleh dibilang hancur, jauh dari konsep yang saya bayangkan sebelumnya. Bahkan saat tiba waktunya presentasi, kami masih berusaha menyelesaikan tugas di kontrakan Kakin. Padahal Pak Chris dan teman-teman telah menunggu, tak ada satupun dari kelompok kami yang datang. Kami pikir Pak Chris akan marah karena itu, ternyata tidak. Beliau tetap meminta kami datang untuk presentasi meski dengan karya seadanya. Dan taukah kalian, beliau masih mau berbaik hati, memberi nilai B, Baik, meskipun karyanya tak sebaik nilainya. 

        Beliau juga dikenal tidak pernah menyusahkan mahasiswanya. Saya merasa beruntung mendapat dosen pembimbing seperti Pak Chris. Saat teman-teman dipusingkan dengan dosen pembimbing yang katanya  rewel minta ampun, saya lebih leluasa. Dibanding teman lain saya tergolong jarang menemui dosen untuk konsultasi. Kalaupun bertemu, tidak banyak yang direvisi. Pokoknya Pak Chris memberi kebebasan sekaligus kepercayaan sepenuhnya pada saya. Sempat sih terpikir kenapa dosen saya ini terkesan santai sekali. Tapi akhirnya saya menemukan jawabannya ketika suatu sore kami berkunjung ke rumahnya. Kami mengobrol santai di teras. Kurang lebih beliau mengatakan, “Saya sudah tahu kemampuan kalian masing-masing, dan saya pikir tanpa saya pun kalian tetap bisa menyelesaikan karya dengan baik, jadi buat apa saya mempersulit kalian dengan memaksakan keinginan saya (maksudnya menyuruh revisi,dll). Itu hanya akan memperlambat kerja kalian.” Teori itu ada benarnya juga, TA saya bisa selesai tepat waktu dan saya mendapat nilai yang sangat memuaskan, mengungguli teman-teman lain yang saya pikir karyanya lebih bagus dibanding saya.

        Saya tidak menyangka sidang tugas akhir, 6 bulan lalu menjadi pertemuan terakhir saya dengan beliau. Selama ini beliau tidak pernah kelihatan sakit apalagi mengidap kanker. Beberapa hari yang lalu saya sempat mendapat firasat melaui mimpi, gigi geraham saya copot. Kata orang dulu menandakan akan kehilangan orang dekat. Terlepas dari benar tidaknya, yang jelas kehilangan, kematian bisa datang sewaktu-waktu. Sudah selayaknya kita mempersiapkan bekal dari sekarang. Selamat jalan pak Chris.. semoga Tuhan memberi tempat yang indah di sana.

(NB: Yang punya fotonya pak Chris di share kesini dunk, kl bisa yang bareng temen sekelas, biar q pasang nanti)

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Kota Mini Lembang, Destinasi Wisata Instagramable yang Nggak Sekedar buat Foto-Foto Cantik

Tempat wisata di Lembang emang nggak pernah ada habisnya. Belum tuntas mengunjungi satu tempat wisata, udah bermunculan lagi tempat wisata lain yang tentunya menambah daftar panjang keinginan untuk main ke Lembang. 

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.